Home » , , , , » Seni, Tradisi, Budaya dan Upacara Minum Teh di Jepang

Seni, Tradisi, Budaya dan Upacara Minum Teh di Jepang

Seni Minum Teh di Jepang - Tahukah kamu bahwa di negara Jepang terdapat tradisi unik yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu, yaitu upacara minum teh. Upacara minum ini dinamakan cha-no-yu/ chado/ sadou. Dan hebatnya lagi hal tersebut sudah terkenal di seluruh dunia.

Ritual minum teh tradisional Jepang ini terpengaruh oleh agama Buda Zen. Ada yang mengatakan, bahwa tradisi tersebut telah ada sejak 400 tahun yang lalu yaitu ketika jaman Edo, dimana pada masa itu, sadou ini hanya dilakukan oleh bangsawan-bangsawan atau samurai-samurai untuk menjamu tamu. Kebiasaan ini terus menurun hingga sekarangpun tetap dilakukan oleh semua lapisan masyarakat Jepang.

seni minum teh di Jepang


Cha-no-yu (茶の湯) artinya air hangat untuk teh, biasanya merujuk pada sebuah ritual atau seremoni. Sedangkan chado/ sadou (茶道, the way of tea), merujuk pada pembelajaran dari makna sebuah upacara teh. Untuk melakukan  upacara ini tidaklah mudah, karena memilki lebih kurang 300 tata cara (0_0), oleh karenanya, orang yang mengikuti upacara ini harus seorang yang ahli.

 

Jika kamu ingin mengikuti upacara Sadou ini maka harus familiar dengan hal-hal berikut ini:

  • Membuat teh
  • Mengenal tipe-tipe teh
  • Kimono
  • Kaligrafi
  • Dekorasi bunga
  • Keramik
  • Kesenian tradisional lainnya

tradisi minum teh di Jepang

Nah, dikarenakan begitu mumetnya, jadi dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari upaca ini, bahkan ada yang mempelajarinya seumur hidup. Bahkan jika kalian hanya ingin berpartisipasi sebagai tamu pada upacara Sadou,  maka kalian perlu tahu beberapa pengetahuan tentang upacara ini, termasuk cara duduk, gestur tubuh, cara mengambil dan meminum teh dan manisan. Manisan? Pada upacara ini juga disediakan makanan manis untuk menutupi rasa pahit dari teh. Tapi kalian tidak boleh minta tambah manisannya, hanya boleh tambah tehnya.

 

Sejarah Upacara Minum Teh di Jepang


u Yu (Riku U) adalah seorang ahli teh dari dinasti Tang di Tiongkok yang menulis buku berjudul Ch'a Ching (茶经) atau Chakyō (bahasa Inggris: Classic of Tea). Buku ini merupakan ensiklopedia mengenai sejarah teh, cara menanam teh, sejarah minum teh, dan cara membuat dan menikmati teh.

Produksi teh dan tradisi minum teh dimulai sejak zaman Heian setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke dinasti Tang. Literatur klasik Nihon Kōki menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta bernama Eichu sewaktu mengunjungi Provinsi Ōmi pada tahun 815. Catatan dalam Nihon Kōki merupakan sejarah tertulis pertama tentang tradisi minum teh di Jepang.

Pada masa itu, teh juga masih berupa teh hasil fermentasi setengah matang mirip Teh Oolong yang dikenal sekarang ini. Teh dibuat dengan cara merebus teh di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha. Teh belum dinikmati di kalangan terbatas sehingga kebiasaan minum teh tidak sempat menjadi populer.

budaya minum teh di Jepang


Di zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen di Jepang sambil memperkenalkan matcha yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Penanaman teh lalu mulai dilakukan di mana-mana sejalan dengan makin meluasnya kebiasaan minum teh.

Permainan tebak-tebakan daerah tempat asal air yang diminum berkembang di zaman Muromachi. Permainan tebak-tebakan air minum disebut Tōsui dan menjadi populer sebagai judi yang disebut Tōcha. Pada Tōcha, permainan berkembang menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang yang diminum.

Pada masa itu, perangkat minum teh dari dinasti Tang dinilai dengan harga tinggi. Kolektor perlu mengeluarkan banyak uang untuk bisa mengumpulkan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh menjadi populer di kalangan daimyo yang mengadakan upacara minum teh secara mewah menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara minum teh seperti ini dikenal sebagai Karamono suki dan ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh Jepang yang bernama Murata Jukō. Menurut Jukō, minuman keras dan perjudian harus dilarang dari acara minum teh. Acara minum teh juga harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dan pihak yang dijamu. Acara minum teh yang diperkenalkan Jukō merupakan asal usul upacara minum teh aliran Wabicha.

Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota Sakai bernama Takeno Shōō dan disempurnakan oleh murid (deshi) yang bernama Sen no Rikyū di zaman Azuchi Momoyama. Wabicha ala Rikyū menjadi populer di kalangan samurai dan melahirkan murid-murid terkenal seperti Gamō Ujisato, Hosokawa Tadaoki, Makimura Hyōbu, Seta Kamon, Furuta Shigeteru, Shigeyama Kenmotsu, Takayama Ukon, Rikyū Shichitetsu. Selain itu, dari aliran Wabicha berkembang menjadi aliran-aliran baru yang dipimpin oleh daimyo yang piawai dalam upacara minum teh seperti Kobori Masakazu, Katagiri Sekijū dan Oda Uraku. Sampai saat ini masih ada sebutan Bukesadō untuk upacara minum teh gaya kalangan samurai dan Daimyōcha untuk upacara minum teh gaya daimyō.

kebudayaan minum teh di jepang


Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara minum teh.

Kalangan penduduk kota yang berminat mempelajari upacara minum teh disambut dengan tangan terbuka oleh aliran Sansenke (tiga aliran Senke: Omotesenke, Urasenke dan Mushanokōjisenke) dan pecahan aliran Senke.

Kepopuleran upacara minum teh menyebabkan jumlah murid menjadi semakin banyak sehingga perlu diatur dengan suatu sistem. Iemoto seido adalah peraturan yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni tradisional Jepang.

Joshinsai (guru generasi ke-7 aliran Omotesenke) dan Yūgensai (guru generasi ke-8 aliran Urasenke) dan murid senior Joshinsai yang bernama Kawakami Fuhaku (Edosenke generasi pertama) kemudian memperkenalkan metode baru belajar upacara minum teh yang disebut Shichijishiki. Upacara minum teh dapat dipelajari oleh banyak murid secara bersama-sama dengan metode Shichijishiki.

belajar upacara minum teh


Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara serius seperti sedang bermain-main.

Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh. Pada waktu itu, kuil Daitokuji yang merupakan kuil sekte Rinzai berperan penting dalam memperkenalkan nilai spiritual upacara minum teh sekaligus melahirkan prinsip Wakeiseijaku yang berasal dari upacara minum teh aliran Rikyū.

Di akhir Keshogunan Tokugawa, Ii Naosuke menyempurnakan prinsip Ichigo ichie (satu kehidupan satu kesempatan). Pada masa ini, upacara minum teh yang sekarang dikenal sebagai sadō berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur sistematis yang riil seperti otemae (teknik persiapan, penyeduhan, penyajian teh) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi yang bersifat abstrak.

Memasuki akhir zaman Edo, upacara minum teh yang menggunakan matcha yang disempurnakan kalangan samurai menjadi tidak populer di kalangan masyarakat karena tata krama yang kaku. Masyarakat umumnya menginginkan upacara minum teh yang bisa dinikmati dengan lebih santai. Pada waktu itu, orang mulai menaruh perhatian pada teh sencha yang biasa dinikmati sehari-hari. Upacara minum teh yang menggunakan sencha juga mulai diinginkan orang banyak. Berdasarkan permintaan orang banyak, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.

Pemerintah feodal yang ada di seluruh Jepang merupakan pengayom berbagai aliran upacara minum teh, sehingga kesulitan keuangan melanda berbagai aliran upacara minum teh setelah pemerintah feodal dibubarkan di awal era Meiji. Hilangnya bantuan finansial dari pemerintah feodal akhirnya digantikan oleh pengusaha sukses seperti Masuda Takashi lalu bertindak sebagai pengayom berbagai aliran upacara minum teh.

Pada tahun 1906, pelukis terkenal bernama Okakura Tenshin menerbitkan buku berjudul The Book of Tea di Amerika Serikat. Memasuki awal abad ke-20, istilah sadō atau chadō mulai banyak digunakan bersama-sama dengan istilah cha no yu atau Chanoyu.

Berbagai aliran upacara minum teh di Jepang:


  • Sansenke - Aliran yang dimulai oleh Sen no Shōan yang merupakan anak yang dibawa oleh istri muda Sen no Rikyū dan diteruskan oleh garis keturunan keluarganya hingga sekarang. Sansenke merupakan garis keturunan terpisah dari keluarga Sakaisenke. Aliran Sansenke terdiri dari:
    • Omotesenke (nama chashitsu: Fushin-an)
    • Urasenke (nama chashitsu: Konnichi-an)
    • Mushanokōjisenke (nama chashitsu: Kankyū-an)
  • Sōtanryū - Aliran yang dilahirkan Sensōtan (anak Sen no Shōan) dan murid-muridnya. Selain aliran Sansenke, aliran Matsuoryū, aliran Yōkenryū, aliran Sōhenryū, aliran Fusairyū dan aliran Hisadaryū juga masih merupakan garis keturunan Sotanshitennō.
  • Sakaisenke - Keluarga utama Senke. Sen no Dōan (putra sah Sen no rikyū) merupakan penerus keluarga Senke, tapi garis keturunannya terputus.
  • Anraku Anryū
  • Ueda Sōkoryū (pendiri: Ueda Shigeyasu
  • Urakuryū (pendiri: Oda Uraku)
  • Edo Senkeryū
  • Enshūryū (pendiri: Kobori Masakazu)
  • Oriberyū
  • Sakairyū
  • Sekishūryū (pendiri: Katagiri Sekishū)
  • Sekishūryū Ikeiha
  • Sekishūryū Ōguchiha
  • Sekishūryū Shimizuha
  • Sekishūryū Nomuraha
  • Sōhenryū
  • Sōwaryū (pendiri: Kanamori Shigechika)
  • Dainippon Sadōgakkai
  • Chinshinryū
  • Nararyū
  • Nambōryū
  • Hayamiryū
  • Fusairyū
  • Higokoryū - Aliran berkembang di wilayah han Kumamoto dan terdiri dari:
    • Furuichiryū
    • Koboriryū
    • Kayanoryū
  • Hisadaryū
  • Fujibayashiryū
  • Fuhakuryū (pendiri: Kawakami Fuhaku)
  • Fumairyū
  • Hosokawasansairyū (pendiri: Hosokawa Tadaoki)
  • Horinouchiryū
  • Matsuoryū
  • Mitaniryū
  • Miyabiryū
  • Yabunouchiryū
  • Rikyūryū
  • Kogetsuenshūryū

Jenis Upacara dalam tradisi minum teh di Jepang


Di dalam tradisi minum teh secara tradisional di Jepang umumnya ada dua cara, yaitu Obon Temae dan Ryū-rei. Seperti apa perbedaan kedua cara tradisional tersebut, berikut penjelasannya:

Obon Temae (お盆手前)


Dalam obon temae, tuan rumah menaruh mangkuk teh, kocokan, sendok teh, chakin dan natsume pada sebuah nampan khusus, kemudian peralatan ini ditutup oleh kain fukusa. Teh ringan disajikan di atas nampan sambil duduk berlutut gaya Seiza.

Ryū-rei (立礼)


Dalam jenis upacara ini, teh disajikan di atas meja khusus. Para tamu duduk di meja yang sama, atau di meja yang terpisah. Dalam ryu-rei biasanya ada asisten yang duduk di belakang tuan rumah untuk membantu menarik dan memajukan kursi untuk tuan rumah. Asisten ini juga melayani teh dan manisan/ permen untuk tamu.

Alat dalam upacara minum teh

tata cara minum teh di Jepang

 

Alat yng digunakan saat upacara minum teh tradisional Jepang juga sangat beragam, diantaranya Hishaku atau centong air, Okama atau gentong air, Chawan atau mangkuk teh, Chashaku atau sendok teh, Natsume atau wadah bubuk teh, Chasen atau pengaduk teh, serta Matcha atau bubuk teh hijau. Hmmm ,,, sangat bnayak juga ya ternyata dan sepertinya juga ribet (bagi orang yang belum terbiasa). Namun terlihat asyik apabila kita bisa mengikutinya suatu hari nanti, minum teh dengan cara klasik ala Jepang.

Nah itulah salah satu tradisi serta seni minum teh di Jepang. Jika kamu ingin mempelajari ataupun mengikuti upcara minum teh tersebut harus ke Jepang, belajar dulu tata cara serta harus mengetahui seluk beluk semuanya. OK Selamat menikmati minum tehnya ya ...


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Tehlista

2 comments:

  1. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete
  2. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    ReplyDelete

Artikel Terkait

 
Support : Cell Phone Wallpapers
Copyright © 2012. Tehlista Ahlinya Teh - All Rights Reserved
Template Modify by Mas Aan
Proudly powered by Blogger